25.9.13

Hai nek,
Nenek apakabar disana? Pasti udah bahagia banget ya nek? Sudah bersama Tuhan yang selalu nenek pegang erat tangannya.

Aku kangen nek. Maaf aku gabisa jadi cucu teladan waktu nenek sakit dulu. Maaf aku sibuk sendiri dan cuma seadanya jenguk nenek.

Tapi aku akan selalu inget gimana nenek ngerawat aku waktu kecil. Waktu mama engga ada, cuma nenek sama eyang.

Aku engga pandai ungkapin rasa sedih aku waktu nenek pergi. Aku cuma bisa diem karena hati aku engga ngeh kalau nenek memang benar-benar pergi.

Sudah hampir setahun nek. Nenek sering lihat kebawah kan?. Eyang masih sedih nenek pergi. Aku ikutan sedih kalau ngelihat eyang sekarang. Tapi aku yakin nenek pasti udah ada ditempat yang sangat sangat lebih baik. Nenek udah engga sakit lagi sekarang, engga perlu minum obat banyak.

Semua orang kangen sama nenek.

Nek, hari ini nek Rita menyusul nenek ke tempat paling bahagia. Dan semuanya begitu tiba-tiba. Engga ada yang siap harus begini.

Jangan lupa lihat kami dibawah nek...life's getting harder down here.
Kunjungi mimpi-mimpi kami ya nek :).

Aku gapernah lupa seberapa tegas tapi menyentuh hati nya setiap kata-kata nenek. Aku tahu banget aku dimanja luar biasa, and life feels so easy when you were here.

Time flies, everbody gets older. But memories still. Terimakasih untuk rasa cinta yang enggapernah habis bahkan sampai nenek pergi.

Selamat beristirahat nek.
Words cant describe how much I miss you.




Regards,
Nathania Rucita

23.9.13

"Tetap berkarya untuk Indonesia. Karena Indonesia adalah anda"

#edisiorganisasi

Kalau kata pak Basuki,
"Ketika suatu peraturan berulang kali dilanggar, harus dianalisis penyebabnya"

Gue hari ini dateng ke kuliah umumnya pak Basuki di Edufair Kanisius. Terus gue denger kalimat itu, dan gue jadi mikir.

Kalau ada suatu peraturan tapi berulang-ulang kali orang coba ngelanggar peraturan itu, harus di analisis penyebabnya. Harus dicari tau apa yang membuat orang melanggar peraturan itu.

Menurut gue, ketika orang melanggar peraturan, pasti ada sesuatu yang diperjuangkan. Entah mereka memperjuangkan karena egois, karena tidak mau susah, karena tidak tau lagi mau apa kalau tidak melakukan itu, atau simpel, karena itu adalah inti hidup mereka.

Sebuah peraturan, keputusan, kebijakan pasti punya sudut pandang pro dan kontra. Menguntungkan satu pihak, tapi membunuh pihak lain secara perlahan.
Gue yakin, di belahan dunia manapun, mana ada sih orang yang pengen berantem?. Mana ada orang yang pengen kepentingannya dinomor duain?. Tapi, mana ada orang yang enggamau memperjuangkan kepentingannya?.

Ketiga hal itu berelasi tapi bertolak belakang. Sekarang, kenapa orang melanggar?. Karena kepentingan mereka tergusur oleh suatu peraturan atau kebijakan. Kenapa harus ilegal? Kenapa harus melawan? Kenapa musyawarah, salah satu prinsip dasar negara ini, tidak dilakukan? Kenapa engga manut-manut aja sama aturan yang ada?.

Kalau menurut gue, ada beberapa hal yang mendasari mengapa orang memperjuangkan kepentingannya dengan cara ilegal.

Yang pertama, simpel banget. Males rebek. Tipe-tipe orang egois yang engga mau susah dan enggamau kalah. Yang dipikirin hidupnya doang, ngga pernah menimbang apa dampak peraturan yang dibuat untuk orang banyak, dan apa dampak sikap dia yang seenak jidat buat jangka panjang. Apalagi kalo udah punya urusan sama suatu pihak dengan birokrasi yang super ruwet. Mager banget punya niat baik aja, gamau ilegal, susah wujudinnya. Tapi inget, buat anda yang melanggar karena terjebak birokrasi, niat doang itu engga cukup. Iman tanpa perbuatan adalah mati. Sama aja, niat baik lo itu gajadi baik kalo gak lo perjuangin. Kalo misalkan nanti udah lo perjuangin terus emang yang berwenang gamau denger, itu urusan lain. Perjuangin aja dulu, kalo lo berangkat dengan segala ketulusan hati demi kebaikan bersama, dan lo yakin itu baik, Tuhan pasti bantu.

Yang kedua melipir dikit sama yang pertama. Melanggar karena pihak yang berwenang gakmau mempertimbangkan argumentasi kita. Bahkan mendengar aja enggamau. Semua orang punya batas kesabaran, orang bisa kehabisan akal, orang juga bisa habis pikir kenapa ada pihak yang setega itu. Kalau anda seorang pemimpin, jadilah pemimpin yang humble. Pemimpin yang rendah hati, yang selalu ingat kalau dia ada karena ada anggota yang dia pimpin, yang ingat tujuan dia memimpin -which is untuk melayani orang lain-, yang ingat kalau dia bisa jadi pemimpin karena orang percaya dia bisa membawa sesuatu bagi anggotanya. Intinya, yang mau mendengar. Jangan jadi leader yang males argumen, pokoknya keputusan gue yang paling baik. Big no. Inget, yang merasakan dampak yang lo buat itu mereka, anggota lo, yang ada dibawah lo, yang percaya sama lo. Kalo lo bilang keputusan lo yang terbaik, tapi nyatanya semua orang dibawah lo menderita karena itu, berarti lo harus pikir ulang. Jangan diem doang belaga bego. Pada dasarnya, setiap orang punya hati nurani. Se brengsek apapun orang, pasti bisa diajak diskusi. Kalau memang ternyata aspirasi dan argumen mereka nggabisa dilaksanakan, itu juga urusan lain. Ajak ngomong, jelasin kenapa kepentingan mereka nggabisa diperjuangkan.

Yang ketiga, berjuang secara ilegal karena mereka nggatau bagaimana caranya memperjuangkan argumen mereka. Cara berjuang bertahan hidup aja kadang udah semaput, kehabisan akal, tambah lagi perjuangin hal lain. Itu gunanya pemimpin punya jembatan. Punya penghubung dan peneliti. Kebijakan, peraturan apa yang paling baik untuk komunitas ini. Itu gunanya staff ahli dpr, osis di sekolah, maielis di gereja, dan mama didalem keluarga -kan bapak lo pemimpin, kalau takut ngomong pasti lewat ibu-. Segala data dan berbagai jenis input dari para penjembatan ini tinggal dipertimbangkan. Balik lagi, cukup humble kah anda, sebagai seorang pemimpin, untuk repot demi yang terbaik?.
Tapi disisi lain, enggatau cara memperjuangkan bisa diartikan seperti, orang yang pendidikannya engga tinggi, enggatau birokrasi negara ini, enggatau harus kemana kalau mau musyawarah sama pemerintah. Bahkan cara mengajukam argumen aja gatau. Taunya cuma protes tanpa memikirkan kenapa dia dinomor duakan.
Apalagi bangsa ini adalah bangsa yang reaktif. Terusik sedikit, emosinya mudah terpancing. Rumit ya?

Jadi pemimpin emang gapernah mudah. Makanya ada orang yang bilang kalau berorganisasi dan kepemimpinan itu seni. Karena ada keindahan, kesulitan, dan engga semua orang bisa melakukannya.

Buat anda, pemimpin-pemimpin lembaga, pemimpin bangsa, dan semua policy maker, semangat ya. Gue tau kok enggapernah mudah membuat keputusan untuk orang banyak. Tetap berkarya, tetap mencintai institusi anda.