7.3.15

kehilangan yang ambigu

HAI 

lagi hujan terus di Jogjakarta hari ini, beruntung jadi hujan inspirasi juga, hahah so happy!

Jadi......saya belakangan ini lagi rutin baca koran, terus menemukan frasa, kalimat, yang cocok diterapkan kemana-mana.

Di harian Kompas hari ini, bagian internasional, ada satu kolom dengan judul "Keluarga tetap menunggu dan berharap". Kolom ini menulis tentang pasca tragedi MH370 satu tahun yang lalu. Bagaimana orang-orang yang ditinggalkan terjebak dalam kondisi mati segan hidup tak mau. Seakan-akan logika sudah bilang untuk let go, move on, tabah. Tapi tetap saja ada kehendak, harapan tak jelas, proyeksi pribadi, yang membuat orang-orang ini tetap bertahan untuk menunggu.

Apa yang ditunggu?
Jelas, kepastian
Kepastian tentang apa?
Kepastian tentang kalau orang yang meninggalkan mereka memang benar-benar 'meninggalkan'.

Jadi sama dengan menunggu sesuatu yang lebih buruk. dengan nilai tambah memberikan 'kelegaan' tersendiri. 

Dari kejadian ini, tertulislah satu teori tentang kehilangan yang ambigu
"kehilangan yang tidak diikuti oleh kejelasan, sebenarnya apa yang terjadi"

Bagian epic dari teori ini adalah
"satu-satunya cara untuk bertahan adalah menerima bahwa mereka tidak pernah tahu"
dengan kata lain, kepo kelas berat adalah kekuatan mereka dalam bertahan. 

sadar tak sadar, hampir semua orang pasti pernah mengalami ke ambiguan ini walaupun dalam episode kelas ringannya. Sadarkah kau kalau, hal yang menahanmu untuk pergi selama ini adalah keingintahuanmu tentang apa yang 'sisi sana' rasakan dan alami?

Menurut pengalaman, bisa saja terjadi, kalau kamu sudah menemukan jawabannya, semua rasa berat, gundah, ragu, dan rasa yang kamu pikir 'cinta' itu hilang. Lalu segalanya terasa begitu mudah, dan kamu, tinggal melenggang pergi dalam kelengangan.

wholistic

there's so many things running in my head right now.
Sudah berapa hari mau posting blog cuma wacana, entah karena tiba-tiba inspirasinya hilang, atau cuma sekedar terlalu letih untuk membuka laptop dan duduk ditengah malam.

I discovered few things lately, (beda warna beda topik ya)
Benar-benar ngerasain yang namanya 'isi' lebih penting daripada 'fisik'. Baru benar-benar tahu dan mengalami apa sih yang diomongin orang selama ini. Selalu tahu kalau isi lebih penting dari fisik, cuma belum pernah ngerasain langsung aja seberapa penting nya. 
Saya dapat pemikiran absurd yang satu ini dari kelas kwn. Jadi waktu itu, dijelaskan mengapa sih pkn itu penting? 

Intinya untuk membentuk pribadi yang cinta bangsa.

Bisa dipahami sebagai bentuk pemaksaan untuk mencintai gak sih?. 
Saya juga menyadari pentingnya mencintai bangsa, tapi hal yang muncul adalah, kenapa untuk mencintai tanah yang bikin kamu hidup aja, harus diajarin? kenapa gak rasa cinta itu muncul dengan sendirinya? Mencintai sesuatu tanpa muncul dari dalam hati kan engga akan abadi. Ketika ada badai atau tembok, rasa cinta itu bisa berubah dengan seketika. Bukan rasa cinta yang bisa diandalkan. Bukan warga negara yang bisa diandalkan oleh negeri, kalau kita cuma cinta sama negeri ini setengah-setengah. Kita harus cinta sama negeri ini secara komperhensif, termasuk dalam segala kekurangannya. Coba buka Kompas bagian ekonomi, hitung deh, berapa yang berita negatif dan positif tentang kondisi negeri ini. Apakah ada kerisauan dalam hatimu untuk berbuat sesuatu, karena kamu ingin negeri ini jadi lebih baik?

Sekali lagi, mengapa mencintai bangsa yang mendidik dan menghidupi kamu saja seringkali sulit? Apakah karena negara-bangsa-tanah ini tidak mencintai rakyatnya?

You are called and chosen. Tuhan taro kamu di dunia ini bukan cuma buat menuh-menuhin, bukan cuma buat asal jalan, asal senang, asal lewat duka. Sudahkah kamu temukan apa yang Tuhan mau buat hidupmu?.

Kemarin saya retret, dan ini salah satu retret terbaik yang pernah saya ikutin. Saya tulis semua yang 'nusuk' dibelakang alkitab sampai ngga ada tempat lagi. Bisa-bisanya, sesi yang harusnya ngajak kita mikir, bikin saya nangis 3x sehari. It talks about our vocation. 

Apakah visi hidupmu, sama dengan visi Tuhan dalam dirimu?
Keresahan-keresahan yang Tuhan taruh di pikiranmu, kamu abaikan atau anggap serius dan coba cari tahu sebenarnya kamu itu ada untuk apa?

Satu tulisan di harian Kompas, ditulis oleh Tjatur Wiharyo. Ada satu frasa yang tertanam di otak saya dan, kurang lebih, jadi salah satu kekuatan dan motivasi.

"Tuhan, ada begitu banyak masalah di dunia. Kenapa Engkau berpangku tangan?"
apa jawaban Tuhan atas aduan orang itu?, Dia menjawab
"Saya sudah melakukan sesuatu. Saya menciptakan kamu"

terakhir untuk episode kali ini,
I really-really discover that...............................................saya gaterlalu nyaman ada di kondisi seperti ini sama kamu. Logika saya tahu betul kalau saya tidak mau kamu. As simple as, kita beda, bahkan di hal-hal terkecil. Tapi ya namanya manusia pasti tetap punya hati kan. Hati bilang, jalanin aja dulu, mau coba yang namanya saling melengkapi dalam perbedaan.