31.10.17

Based on trust : Ending the relationship

Don't you ever forget that,

relationship is based on trust. 

Ini pasti sebuah prinsip dasar yang orang manapun juga tahu. Kamu harus bisa percaya partnermu. Mulai dari partner kerja, kawan bermain, keluarga, teman hidup, siapapun yang menemanimu berjalan di segala musim.

Semua orang yang sedang berjalan dengan teman hidupnya pasti ingin jadi pribadi yang bisa dipercaya, bisa diandalkan, bisa dijadikan sandaran, dan diyakini sebagai sosok tempat pasangannya berpulang. Menyenangkan bukan ditengah dunia yang sungguh dinamis dan penuh halang rintang ini, kamu selalu punya zona nyaman  yang kau yakin ada dan setidaknya walaupun tidak bisa langsung berkontribusi langsung melepaskanmu dari tarikan tanggung jawab, bisa buat kau lupa sesaat. 

Ingat diawal saat dua individu memutuskan untuk berjalan bersama, ada leap of faith yang diambil untuk memberikan kesempatan to make things work between them. Rasa percaya yang dibangun untuk membuka diri dan berbagi keraguan, mencari penguatan, dan yah......... untuk menjadi sesosok individu yang independensinya tak lagi mutlak. 

Leap of faith untuk mengaku ke diri sendiri kalau saya butuh kamu. 

Kemudian datang momen dimana harus bersitegang, salah paham, berbeda pemikiran, mengalah, berekspektasi tinggi namun berkali-kali harus dikecewakan, bertahun-tahun belajar soal satu sama lain, sampai akhirnya sudah tahu apa yang harus diharapkan dari eksistensi kalian. 

Tanpa disadari pun saat ada masalah, kita juga percaya loh bahwa satu sama lain ingin saling mengusahakan dan menyelesaikan perkara ini. Kita percaya bahwa masih ada yang harus diperjuangkan, sehingga bertengkar itu punya nilai untuk dilakukan. Kalau memang sudah tak ada guna, ngapain juga masih repot-repot berselisih paham? Enakan juga tidur. 

Diri ini juga percaya bahwa dia yang berjalan bersamamu itu, kenal dirimu dengan baik, dan setidaknya di satu titik akan mengerti mengapa kamu berpikir seperti itu, vice versa. 

Tapi ada satu yang khalayak sering lupa,

bahwa ketika tiba saatnya untuk mengakhiri cerita pun, that trust, faith in each other you always working so hard on, is still needed. Ada banyak jalan untuk mengakhiri kisah, mulai dari yang paling semena-mena dan singkat, sampai yang main kucing-tikus, lama setengah mampus, dan membuat rasa dengan sendirinya terhapus. 

Saya pikir tidak pantas, setelah berbagai rintangan yang dihadapi bersama, begitu perasaan sudah tidak pada tempatnya, yasudah pergi begitu saja. 

Enggak lah, gak gitu.

Kamu kenal dia, paham kondisi dan kesulitannya, tahu ekspekstasinya. Setidaknya pikirkanlah cara yang paling saksama untuk menyudahi cerita. Kalau memang harus didiskusikan pelan-pelan ya saya rasa itu pantas, daripada ujug-ujug menghilang dan malah bikin masalah tambah rumit. 

Dewasa lah, percaya juga kalau partnermu itu bisa diajak diskusi, pasti mau (walaupun belum tentu bisa) mengerti, selalu mempertimbangkan posisi dan hatimu, dan engga mau juga jadi beban di hari-harimu.

Kalau mungkin kondisinya dia juga sudah 'dingin' dan 'berjarak', mungkin menyudahi dengan singkat adalah cara yang tepat. 
Jika ceritanya dia masih super dependen padamu tapi kau butuh kebebasan dan partner yang lebih kuat untuk jadi salah satu tiang penopang mimpi-mimpimu, mungkin ada baiknya jujur saja. Mungkin (kalau dia memang seserius itu) dia akan termotivasi, mulai eksplor kesibukannya sendiri, dan jadi ideal bagimu di masa mendatang. 

Enggak perlu juga lah memaksakan hubungan karena kasihan. Karena bingung harus bagaimana lalu menunda-nunda. Itu memperparah keadaan, trust me, been there. 

Toh, bagian dari jalan bersama, kamu juga harus percaya kalau tanpa dirimu pun, dia bisa.  

Kadang kita terlalu sering bertanya ke teman-teman lain tentang apa yang sebaiknya dilakukan, padahal tak ada seorangpun yang mengerti 100% posisimu. Hestitation macam apa yang membuat kau bertahan? Sepatutnya, yang seharusnya kau ajak bicara itu dia. Embrace kenyataan kalau kalian memang tidak baik-baik saja, then kembali ke momen bersitegang, kalian percaya kalau satu sama lain mau cari jalan keluar, baik itu tetap bersama atau menyudahi saja. 

Jadi...seperti mendengarkan lagu, melakukan interview, dan menonton film, dimana bagian ending itu sangat ampuh, demikian juga ceritamu. Lakukan yang terbaik, pikirkan dengan sungguh, jika memang harus, jalan apa yang harus ditempuh?